Just another WordPress.com site

Mesjid 1000 Tiang Jambi

Mesjid 1000 Tiang

Mesjid 1000 Tiang Jambi

JAMBI – Bangunan luas nan megah yang terletak di kawasan Jalan Sultan Thaha ini, dulunya merupakan salah satu bukti sejarah pemerintahan Kota Jambi. Mesjid Agung Al falah yang kini kita kenal selama ini sebelumnya merupakan istana tanah pilih dari Raja Sultan Thaha.

Hal tersebut dikatakan Junaidi T Nur, sejarawan Jambi. Pada 1858, ceritanya, saat terpilih menjadi raja, Sultan Thaha marah dan membatalkan semua perjanjian yang dibuat Belanda dengan orangtua Sultan, karena perjanjian tersebut sangat merugikan pihak Jambi. Saat itu, Balanda sangat marah akan keputusan raja tersebut.

Akhirnya, lanjut Junaidi, Belanda mengancam akan menyerang Istana. Sebelum niat itu kesampaian, Sultan Thaha lebih dulu menyerang pos Belanda yang ada di daerah Kumpe. Jadi, Belanda kembali menyerang dan membumi hanguskan Istana tersebut.

Menurut mantan Ajudan Gubernur ini, pada 1906 lokasi masjid Agung tersebut dijadikan asrama tentara Belanda yang digunakan sebagai tempat pemerintahan Kresidenan. Hingga merdeka sampai tahun 1970-an lokasi tersebut masih dijadikan sebagai asrama TNI di Jambi.

Akhirnya, sambungnya, para alim ulama dan tokoh tokoh Jambi seperti MO Bafaddal, H Hanafi, termasuk juga Nurdin Hamzah, dan gubernur saat itu sepakat membangun masjid dan asrama dipindahkan ke depannya.

Salah satu alasan kenapa masjid adalah mengacu pada lambang Jambi yang terdapat Masjid. “Kalau tidak salah gubernurnya Tambunan atau Nur Admadibrata,” kata pria yang juga mengajar di salah satu universitas di Jambi.

Setelah sepakat, para tokoh dan ulama membuat masjid dengan konsep anti gempa. Jadilah, kata Junaidi, masjid tanpa dinding dengan 232 tiang. Hingga saat ini masjid yang pembangunannya bersamaan dengan Islamic Centre yang ada di sebelahnya dinamakan masjid seribu tiang.

Selama proses pembangunan masjid, kata Junaidi, pernah dijadikan lokasi suting film berjudul ‘Intan Perawan Kubu’ yang diperankan salah satunya Ully Artha. Film yang disutradarai AN Alkaf, pria asli Jambi ini, mengangkat tentang insinyur dan Suku Kubu.

Setelah membutuhkan waktu selama tiga tahun, barulah masjid ini diresmikan langsung Presiden kedua, yaitu Soeharto. Belum ada perubahan yang merubah konstruksi bangunan.

“Sama dengan namanya, dari dulu hingga sekarang nama Al Falah yang berarti kemenangan tidak berubah. Paling yang berubah pembungkus tiang yang dilakukan pada 2008 lalu,” katanya kepada Tribun.

Para petinggi negara ataupun Alim ulama yang terkenal pun sudah banyak menginjakkan kakinya di masjid yang berluaskan 2,7 hektar ini.

“Sebut saja, Gus Dur, Presiden SBY, dan ulama-ulama terkemuka,” katanya

http://addyjagat.wordpress.com/2010/07/08/masjid-1000-tiang-dulunya-istana-sultan-thaha/

Leave a comment